Makanan daging dengan irisan tomat, bawang merah, dan cabai hijau, maka terciptalah rasa kecut, pedas, dan gurih dalam sekali santap. Nikmat!
Itulah sajian dendeng baracik di kedai Ny Emy. Nama kedai itu, Dendeng Baracik Emy, terletak di kaki Gunung Talang, tepatnya di Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Bila berkendara dari Kota Padang menuju ke Sawahlunto, lihatlah ke kanan jalan dekat SMP Negeri 1 Gunung Talang. Kedai berwarna merah jambu itu terletak sekitar 25 meter saja dari sekolah tersebut.
Di kedai yang cukup lapang itulah, pelbagai jenis makanan dihidangkan. Sebagian besar lauk adalah makanan khas Sumatera Barat, seperti gulai ikan, rendang, dan kentang balado. Tetapi, sepiring dendeng baracik-lah yang menjadikan rumah makan ini berbeda dari kedai nasi lain di Sumatera Barat.
Dendeng baracik mempunyai rasa gurih dan renyah bila digigit. Rasanya mirip-mirip keripik paru walaupun tidak sekering keripik itu. Memakan dendeng baracik disarankan tidak hanya daging keripiknya saja, tetapi juga bersama racikan yang ditawarkan Ny Emy, pembuat dendeng ini.
Menu ini dihidangkan dalam piring kecil. Di piring itu beberapa iris daging diracik bersama irisan tomat, bawang merah, dan cabai hijau. Tomat, bawang merah, dan cabai hijau semuanya disajikan mentah sebagai ramuan menyantap dendeng. Karena masih mentah, tomat mengeluarkan air yang menyumbangkan rasa kecut yang segar pada racikan dendeng. Air itu kemudian bercampur dengan dendeng, cabai hijau, dan bawang sehingga aroma dendeng ikut terbentuk. Begitu daging, tomat, bawang, dan cabai sudah dirasakan lidah, terciptalah sensasi menikmati dendeng dengan cara berbeda.
Nasi hangat yang disajikan menambah selera untuk menyantap dendeng ini. Bila Anda menyukai rasa pedas, sambal yang dibuat dari cabai merah dan bawang juga disiapkan untuk melengkapi selera.
Selain dengan sambal, dendeng juga bisa dipadu dengan gulai ikan, kuah rendang, atau rebusan daun singkong. Bila Anda pencinta petai, kedai ini juga menyediakan petai bakar yang dimasak bersama dengan kentang goreng balado.
Bila perut lapar, apalagi ditambah dengan cuaca Gunung Talang yang sejuk, menyantap dendeng ini merupakan pilihan tepat.
”Rasanya gurih. Dagingnya renyah. Kalau dicampur dengan tomat, cabai, dan bawang, timbul rasa gurih, asam, dan pedas sekaligus. Benar-benar nikmat,” tutur Iwang, salah satu penikmat dendeng baracik.
Seporsi dendeng dijual Rp 10.000. Sebelum mampir kedai, jangan lupa tengok jam Anda. Bila waktu sudah melewati pukul 15.00, bisa-bisa dendeng sudah ludes. Maklumlah, dendeng ini banyak diburu penikmat kuliner. Sejak mulai siap disajikan sekitar pukul 11.00, menu ini banyak dicari pengunjung kedai. Bila sudah kehabisan, dendeng bisa dicari pada hari berikutnya karena kedai ini buka saban hari.
Para pemburu dendeng tidak hanya datang dari Solok dan sekitarnya. Penikmat kuliner dari Padang, Sawahlunto, Pekanbaru, hingga Jakarta banyak yang menjadi pelanggan tetap dendeng baracik.
Di salah satu tembok kedai, terpampang foto artis Ira Wibowo dan Katon Bagaskara ketika singgah ke kedai ini. Kedua artis ini memang sempat mampir merasakan dendeng baracik.
”Mereka mampir Februari silam setelah mengikuti peresmian lokomotif uap di Sawahlunto,” ujar salah satu pegawai kedai.
Resep mertua
Dendeng baracik sesungguhnya bukan menu asli milik Emy Salmah. Resep ini diambil Emy dari almarhum mertuanya, Darwis. Tahun 1980, Darwis meracik dendeng seperti yang disajikannya saat ini dan dijual di kedai yang ada di Kayu Aro, Solok.
”Dulu, dendeng ini tidak disebut dendeng baracik. Hanya dendeng begitu saja. Dendeng itu juga tidak dijual sebagai makanan spesifik di kedai milik mertua saya,” papar Emy.
Emy mencicipi pertama kali dendeng ini saat dia hamil. Rasa kecut yang dihasilkan dari air tomat bercampur dengan daging dendeng yang kering menimbulkan rasa yang pas saat dia tengah hamil.
Ketika itu, belum tebersit niat Emy membuka kedai dengan menu dendeng baracik karena saat itu Emy tengah sibuk mengurus bisnis kue bolu.
Setelah orangtua Emy meninggal, kedai warung nasi warisan orangtua ikut terbengkalai. Sebagai anak pertama dari empat bersaudara yang masih tinggal di kampung, Emy berpikir untuk menghidupkan kembali kedai itu. Empat tahun silam, kedai nasi mulai dipegang Emy.
Mulailah ia memikirkan menu khas yang bisa menarik pembeli singgah ke kedai. Di situlah terlintas ide untuk menghidangkan menu dendeng seperti yang disajikan mertuanya puluhan tahun silam. Dia menggunakan nama dendeng baracik seperti yang tampak dari papan nama tempat makan itu. Terbukti, nama itu berhasil menarik perhatian pembeli yang ingin kembali lagi ke situ setelah mencicipi.
1 komentar:
Tambuah ciek daaaaa.....
Posting Komentar