Jembatan Akar di Sumatera Barat atau dalam bahasa Minang disebut Jembatan Aka (aka = akar), terletak di Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Minggu lalu adalah pertama kalinya saya mempunyai kesempatan untuk mengunjungi jembatan unik yang merupakan salah satu Obyek Wisata kebanggaan masyarakat Sumatera Barat. Jembatan akar cukup terkenal sebagai salah satu tempat wisata favorit, tidak hanya seputar Sumatera Barat, namun terdengar pula hingga luar provinsi, bahkan mancanegara. Jarak dari Kota Padang ke lokasi ini sekitar 80 Km. Kira-kira membutuhkan waktu sekitar 2 jam
Jembatan akar di Sungai Bayang jika ditempuh dengan kendaraan pribadi. Namun, perjalanan selama waktu tersebut, hampir tidak saya rasakan. Sebab, sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan yang tidak membosankan. Selepas Pelabuhan Teluk Bayur (Nama Teluk Bayur tidak asing lagi terdengar, setidaknya karena sebuah lagu yang menceritakan tentang pelabuhan ini cukup populer dan melegenda hingga saat ini), jalan menuju obyek berada persis di pinggir pantai pesisir. Samping sisi kanan jalan, pandangan lepas ke laut bebas yang membiru tanpa batas. Kapal nelayan dan kapal-kapal pribadi terlihat berputar-putar tak jauh dari bibir pantai. Sementara kapal-kapal tongkang siap berlayar ke luar daerah. Pemandangan adem bisa dijumpai pada sisi kiri jalan; pada bukit-bukit kecil dengan pohon-pohon yang menghijau. Di pantai, yaitu di sebelah kanan jalan, terdapat sebuah tempat yang dinamai dengan Bukit Lampu. Dijuluki Bukit Lampu karena di sanalah lampu mercu suar berdiri tegak menjulang; menuntun arah kapal yang hendak merapat di Pelabuhan Teluk Bayur.
Pemandangan di jalan menuju jembatan akar tak terasa hampir 2 jam berlalu, sampailah saya di Pasar Baru, Bayang. Kira-kira 10 menit dari Pasar Baru terdapat sebuah pertigaan dengan penunjuk arah menuju objek. Jika berbelok ke arah kiri, akan ditemukan sebuah jalan aspal menuju lokasi Jembatan Akar. Sementara jalan lurus pada jalur utama akan menuju objek wisata lain. Pemandangan dengan bukit-bukit menghijau masih mendominasi. Sesekali ditemukan desa yang asri dan sungai yang jernih. Sayangnya, sepanjang jalan aspal ini tidak ditemukan tanda-tanda penunjuk arah yang jelas untuk menuju ke tempat wisata tersebut.
Lepas dari semua itu, harus diakui Jembatan Akar merupakan jembatan yang unik. Akar-akar dirangkai pada dua batang pohon Kubang (Ficus Sp.) yang tumbuh di kedua sisi sungai berair jernih. Kedua pohon yang oleh masyarakat Sumbar dinamakan pohon Jawi-Jawi tersebut, hampir mirip dengan pohon beringin, hanya saja mempunyai daun lebih lebar. Pada Ujung jembatan, sebagian akar-akar tua menonjol hingga sebesar pohon mangga, sekilas terlihat menyerupai batu. Menurut beberapa sumber, ide untuk membuat Jembatan Akar digagas oleh Pakiah Sokan. Jembatan ini menghubungkan antara Desa Pulut-Pulut dengan Desa Lubuk Silau. Gagasan muncul setelah seringnya titian bambu yang biasa digunakan masyarakat sebagai jembatan hancur dan diseret air bah, bila Sungai Bayang meluap. Konon Jembatan Akar ini telah berumur lebih kurang dari 100 tahun.
Uniknya lagi, untuk pemeliharaan tidak digunakan pupuk akan tetapi menggunakan pelepah batang pisang yang ditaruh begitu saja di atas jembatan. Menurut penduduk setempat hal tersebut diyakini akan menumbuhkan akar baru sehingga jalinan akar-akar pohon ini tetap kuat.
Photo-photo Lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar