Pisang Panggang Kapik
Pisang kapik adalah makan yang sangat sangat tradisional bagi masyarakat minangkabau, banyak dijual dipasar atas Bukittinggi, dan anda boleh mencoba dan mengabadikan gambar dengan menikmati pisang kapik ini, dengan campuran kelapa parut dan diberi campuran gula merah khas lawang, dengan harga terjangkau anda sudah bisa menikmatinya.
Menikmati hangatnya pisang kapik yang legit di Kota Bukittinggi nan sejuk sambil memandang Jam Gadang dan Gunung Singgalang, ah... itulah sensasi rasa dan mata komplet.
Pisang kepok biasanya digoreng, lantas dijadikan teman suguhan kopi atau teh hangat. Tapi di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, pisang kepok disajikan dengan cara dibakar di atas bara arang dari tempurung kelapa. Saat dibakar, pisang dikepit dengan alat penjepit. Itu mengapa dinamakan pisang kapik karena pisang disajikan dengan cara dikepit, untuk menghasilkan bentuk pisang yang gepeng membulat.
Pisang dibubuhi parutan kelapa yang sudah diolah dengan gula merah yang dimasak. Kombinasi rasa manis-asam, sensasi bau arang terbakar, dan rasa sepat berpadu dalam legitnya pisang kapik. Wuah... sungguh sebuah pengalaman lidah yang mengesankan.
Kita bisa menemukan salah satu penganan khas Kota Bukittinggi itu di kawasan Pasar Atas. Salah satu tempat untuk membeli penganan itu berada di Blok C Pasar Atas yang berjarak sekitar 70 meter arah timur Masjid Raya Kota Bukittinggi.
Adalah empat orang yang masih terhitung kerabat dekat yang kini menjalankan usaha pembuatan dan penjualan pisang kapik di kawasan Pasar Atas, Kota Bukittinggi. Mereka adalah kakak beradik Anik (44) dan Ita Afnita (42) serta sepupu-sepupu jauh mereka, Zulsafni (47) dan Asni (55).
”Awalnya ibu kami memulai usaha ini pada tahun 1980-an setelah sebelumnya menjual jagung panggang,” kata Anik, Minggu (13/3/2011).
Kini, dari tujuh bersaudara, hanya Anik dan Ita yang meneruskan usaha itu bersama sepupu-sepupu jauh mereka. Kesulitan mendapatkan jagung membuat Juniarti, ibu kandung Anik, mulai beralih pada pisang kepok. Mulanya, pisang kepok panggang yang dikepit itu disajikan dengan parutan kelapa biasa.
”Tapi, karena cepat basi, parutan kelapa itu lalu dikasih larutan gula merah supaya tahan lama. Sekarang pisang kapik ini bisa tahan sampai dua hari,” kata Anik.
Hangat di kesejukan
Menurut Zulsafni, terhitung sudah lima kali mereka pindah lokasi berjualan. Perpindahan lokasi berjualan yang masih dalam kawasan Pasar Atas itu, kata Zulsafni, tergantung dari kebijakan penataan pasar oleh pengelola.
Memasang merek Pisang Panggang Sari Rayo, kini terdapat tiga tempat berjualan yang dikelola Zulsafni, Asni, dan sebuah tempat yang dikelola Anik dan Ita. Tiap-tiap tempat itu membubuhkan nama di bawah merek itu, seperti ”Uni Jun” dan ”Anik”.
Tak ada tempat duduk khusus untuk menikmati salah satu penganan khas itu di tempat-tempat berjualan tersebut. Pembeli hanya bisa memesan, melihat langsung proses pembuatannya satu per satu, kemudian membayar harga sesuai banyaknya pesanan.
Namun, jangan khawatir, sekitar 300 meter dari tempat itu, kita bisa bersantai di pelataran Jam Gadang sembari menikmati pemandangan Kota Bukittinggi, berikut Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang jelas terlihat. Jadi, bayangkanlah pisang-pisang yang masih hangat mengepul itu dinikmati bersamaan dengan hawa dingin pegunungan yang menyentuh pipi pada ketinggian sekitar 900 meter di atas permukaan laut.
Kota Bukittinggi berjarak sekitar 90 kilometer dari Kota Padang dan bisa ditempuh selama dua jam perjalanan kendaraan bermotor dengan kecepatan rata-rata 60 kilometer per jam. Dari Kota Padang, pengunjung bisa memilih untuk menumpang sejumlah kendaraan umum atau menyewa kendaraan bermotor untuk mencapai Kota Bukittinggi.
Jadi, selain Gunung Singgalang, Gunung Marapi, dan Jam Gadang, Bukittinggi juga punya kekhasan berupa penganan pisang kapik yang hangat legit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar