Selasa, Mei 6

Lontong Kuah Bajarang ala Silungkang


Oleh: Ingki Rinaldi
Berkunjunglah ke Pasar Silungkang, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, di pagi hari. Dan nikmatilah sarapan dengan menu lontong pical kuah bajarang.

Disebut bajarang karena kuah kacang serupa bumbu pecel dimasak di atas tungku. Kuah kacang itu disiram pada lontong berikut mi dan campuran sayur-mayurnya. Salah satu kedai yang menjual makanan khas itu adalah kedai Mambek. Warung sederhana itu terletak di dalam pasar yang berjarak sekitar 30 meter arah barat jalan raya Silungkang-Sawahlunto. Adapun pasar Silungkang berjarak sekitar 80 kilometer arah timur Kota Padang. Kedai Mambek dikelola oleh Yesi (32) bersama pasangannya, Sudirman (38). Mambek adalah nama kakek Yesi.

Khusus untuk lontong pical kuah bajarang, lontongnya dimasak dengan persiapan tersendiri. Campuran kapur sirih (sadah) dibenamkan bersama adonan lontong saat masih dimasak. Ini menciptakan sensasi seperti buih air soda saat proses pemasakan serta menghasilkan tekstur dan rasa lontong yang mirip putih telur.

Lontong seperti ini termasuk khas suguhan di wilayah Minangkabau yang terdiri atas luhak nan tigo mencakup Tanah Datar, Agam, dan Limapuluh Kota dengan Silungkang tercakup dalam luhak Tanah Datar. Sementara di wilayah Minangkabau rantau seperti Padang Pariaman, Padang, dan wilayah pesisir pantai kapur sirih tidak dipergunakan sebagai campuran pembuat lontong.

Pembuatan lontong diawali dengan memasak beras lokal jenis caredek dalam periuk nasi. Dua liter beras dicampur dengan sekitar empat liter air yang dimasak sekitar dua jam. Setengah jam jelang masak, satu sendok makan kapur sirih dimasukkan dalam periuk. Lantas dalam keadaan cair serupa bubur, campuran lontong tadi dimasukkan dalam baskom dan ditunggu sekitar dua jam sebelum mengeras dan dipotong-potong.

Untuk membuat kuah kacang bajarang, langkah pertama adalah menumis bawang putih, gula pasir, cabai, lengkuas, jahe, lada, dan bawang merah. Tumisan kemudian ditambahi air sembari dimasukkan kacang tanah yang sudah digiling dan gula merah secukupnya.

”Terakhir, setengah jam sebelum masak, santan dimasukkan untuk menajamkan rasa,” kata Yesi yang memerlukan waktu sekitar 1,5 jam untuk memasak kuah kacang bajarang.

Lontong disajikan dengan potongan kol mentah berikut kacang panjang, tauge, mi, dan pucuk daun ubi yang sebelumnya direbus. Kuah kacang bajarang yang disiram di atasnya berikut taburan bawang goreng dan kerupuk melengkapi sajian sarapan tadi. Teh manis panas dan obrolan akrab bersama pemilik kedai dan pengunjung lain menjadi ”santapan” pelengkap.

Ketan legit
Menu andalan lain Kedai Mambek adalah ketan yang dinikmati dengan pisang goreng nan legit. Ada kalanya pembeli mencampur ketan dengan kuah siraman lontong bajarang tadi. Makanan itu juga berpenampilan menarik dengan bulir-bulir ketan berwarna kemerahan cenderung panjang tanpa patah nan mengilap.

Kunci kelezatan ketan itu, menurut Yesi, adalah pada cara memasak yang menggunakan tutup kukusan ketan berbentuk segitiga. Tutup kukusan seperti itu berguna menjaga uap panas berputar-putar dan menyentuh seluruh bulir ketan dengan merata.

Rahasia lainnya ialah memasukkan santan ke ketan yang sudah masak, alih-alih mencampurnya bersama dalam proses pemasakan. Ketan yang sudah memikat itu lantas disajikan hangat bersama dua buah pisang kepok panas yang baru diangkat dari penggorengan. ”Pisangnya digoreng pakai campuran adonan tepung beras dan terigu,” kata Yesi.

Pisang kepok yang digunakan dari jenis warna daging kuning yang relatif besar dan ditanam di wilayah Silungkang. Kedua makanan khas sarapan itu ditawarkan dengan harga masing-masing Rp 6.000 untuk setiap porsi. ”Kalau musim liburan, makin banyak yang datang ke sini, terutama yang dari jauh seperti Jakarta,” kata Yesi.

Tidak ada komentar: