Jumat, Februari 3

Kripik Sanjai Rasa Sandal…?

oleh Erison J Kambari 


Kalau ada yg bilang, Si Padang itu pelit,….saya jawab….iya!
Kalau ada yg bilang, Si Padang itu licik,….saya jawab….iya juga!
Kalau ada yg bilang Si Padang doyan ngibul, gadang ota, gadang suaro, gadang garegak, gadang salero,gadang sarawa…….ya,saya jawab...iya!

LHO…?
Kok iya…iya .iya...iyaaaa aja…?

“Habis,saya bukan orang Padang siiiih….saya kan orang Bukittinggi.!”,begitu kelakar itu sering saya pelintir.
Dan rasanya tak perlu pula diungkai kenapa kerancuan demikian terus saja bergulir, orang lebih tau Si Padang daripada Si Minang...! Padahal label Si Padang lebih condong ke sisi cibir dan umpatan, ketimbang sanjung dan pujian.

Ah,sudahlah….
Yg jelas sore itu aku tak hendak berkelakar ketika lagi lagi seorang sahabat serasa menonjok ke kulit jidatku. Dia bilang, “Si Padang, kini hanya tau jo nan lamak, tapi tak peduli lagi jo nan rancak”.

Bagaimana sepotong kritikan dari sahabatku itu harus kupelintir?, sementara di depan mataku terhampar beragam sketsa timpang yg kurang nyaman, bahkan kurasa bagai sebatang korek api yg tegak mengganjal di kelopak mataku…Sebagai putra ranah ‘pewaris’ seonggok negeri nan rancak bana ini, tak jarang saya coba memakai kacamata ‘pelancong’ ketika melangkah di jantung kota. Kucoba untuk ingin tau, kenapa mereka ke sini?, apa yg mereka cari?, juga kenapa mereka terkadang jadi berkerut dahi ketika melangkah di tengah kotaku ini..?

Persis, di depan jejalan pedagang kerupuk sanjai, obrolan kami terhenti seketika….
Jemari rasa gatal untuk membidik apa yg ada di depan mata…tiga lensa kamera merekam sesudut dari suasana yg ada…Di antara jejalan dagangan makanan khas bukittinggi beragam rasa dan rupa, ternyata juga terpajang aneka sandal jepit aneka ukuran dan gaya…

’ Ah, ini baru wisata..! kerupuk sanjai rasa sandal…!”,ledek canda sahabatku.

Akupun terpana, diantara sanjai balado, karak kaliang, kipang, dan pinyaram,..juga berjejal ‘sandal datuak’ beragam harga dan aneka warna.

Yang aku tanya (entah pada siapa)..
Ini kreatifitas siapa…?
Atau justru kebodohan siapa..?
Apakah ini juga bagian dari strategi dagang…?
Apakah ini kiat menyeret daya pandang, agar orang datang,mendekat dan membeli…?
Atau semacam iklan yg penuh sensasi..?
Atau jual beli yg asal jadi…?

Kenapa kerupuk sanjai tidak dijejal di jalur kios sebelah kanan saja, dan sandal di sebelah kiri saja..?
Kenapa untuk ‘yang ke kaki’ harus dipadupadan dengan untuk ‘yang ke mulut’?
Ataukah memang sengaja untuk menggampangkan jawaban, ketika pelancong hendak memilih kripik yang mana ia suka.., ‘yg kanan rasanya pedas,gurih…dan yg kiri rasanya tawar, alot lagi kenyal…!’

Amai amai si penjual sanjai tersenyum senyum saja ketika kami menjepret jejalannya…
dia tampaknya bangga sanjai dan sandal dagangannya masuk kamera….
dia tak tahu, selera kami patah dibuatnya….

Tidak ada komentar: