oleh Erison J Kambari
(catatan pendek dari tepi jurang panorama ngarai sianok)
Di pojok rerimbunan….
di bengkolan dekat kuburan…
di belakang Pical Sikai yang kenamaan..,
tiga ekor gerombolan monyet menghadangku dengan cibiran…
lalu seekor diantaranya menyapaku;… “Sudahkah Anda makan pisang….?”
“Lho…? Memangnya saya moonyeeeet….?”,
langkahku terhenti seketika persis di balik pagar besi di bibir jurang lembah ngarai Sianok itu.
“Itulah soalnya…”,jawab si monyet jantan berbulu coklat, “Bukankah semakin hari tingkah kalian anak manusia semakin berbeda tipis dengan kami?”
“Maksud Lo, Nyet…….?”
“ Yaaah…. Bukankah ketelanjangan, keliaran, keberingasan,ketamakan dan kebebasan yang sehari-hari kami perankan dalam belantara hutan…toh kalian anak manusia juga melakonkan tingkah yg sama..?.”
“Eh, tunggu duluu, Nyeeeet…!” kurogoh kantong plastik mungilku yg berisi kacang rebus yg tadi kubeli di Pasar Lereng, lalu kulempar ke depan muncung si monyet jantan agar dia tak lagi nyerocos yg tak karuan.
“Ah..sudahlah…tawari saja kami nasi, jangan tawari lagi kacang, toh kita sudah nyaris tak berbeda dalam selera, tingkah dan polah….kita sama saja...kalau kami serba telanjang, lalu lalang, berjumpalitan dari dahan ke dahan, jadi tontonan turis domestik dan mancanegara, dipotret, divideokan, di hape kan, mungkin juga diinternetkan, itu semua karena memang kami telah diciptakan dalam komunitas hidup yang telanjang…. Kami bersetubuh di manapun,kapanpun, dengan siapapun…. sah saja..makluuum…moonyeeet….! Tak kan ada Satpol PP yang kan merazia kami ke hotel hotel. Mau di atas mobil pinggir pantai, kek. Antara monyet bos dan monyet sekretaris kek…monyet dosen dan monyet mahasiswi kek. Antara monyet mamak dan monyet kemenakan kek….Perselingkuhan kami serba legal…… Dan kalian anak manusia di ranah minang, kenapa juga melakukan hal yang sama….?."
Seketika puncak kudukku serasa ditumbuk.
“Hooi monyet…! harkat dan struktur biologis kita tak kan pernah sama..aku juga bukan pemuja Charles Darwin, tauuu…?”,kucoba berkilah dengan monyet sialan itu.
Sang monyet yg berusaha tersenyum namun masih saja tampak menyeringai, kembali berceloteh dengan bibir jeleknya itu…
“Tapi buktinya,….kalau cuma untuk sekedar melahirkan; monyetpun bisa …!!. Dan itulah yg sekarang tlah kalian perankan para anak manusia…Cuma sekedar melewatkan jabang bayi di lorong rahim..lau kalian lepas mereka dalam belantara gilanya dunia. Kami saja yg monyet yg tak pernah tega menjadi workaholic yg gila kerja, lalu membiarkan anak-anak tenggelam dalam komunitas serba tekno,serba cyber dan lepas dari sekat-sekat moralitas,akhlak yg menipis dan santapan rohani yg tak bergizi…bagaimanapun kami monyet-monyet ini mengerti betul bahwa anak-anak tak pernah rela mendapat curahan kasih dan sayang yang setengah hati dari orangtuanya…dalam sejarah permonyetan. kami tak pernah tega mencampakkan jabang bayi kami di tumpukan sampah apalagi di lobang WC….!“
“Uuufff…..!!”,aku Cuma garuk kepala sambil meniupkan nafas panjang.
Aku tak habis pikir..MONYET SIALAN…aneh..!
Kenana TIBA TIBA monyet ini ADA di depan saya…?
Kenapa TIBA TIBA monyet ini MERASA paling HEBAT…?
Kenapa TIBA TIBA monyet ini merasa menjadi BERSUARA..dan PINTAR BICARA…?
Kenapa TIBA TIBA monyet ini MUNCUL dari persembunyiannya….?
Kenapa TIBA TIBA monyet ini seperti MERASA YAKIN BISA menjadi pemimpin di belantara hutan ngarai ini…?
SELAMA INI monyet ini KEMANA…?
Dan APA YANG TLAH DIPERBUATnya untuk belantara rimba…?
Kenapa TIBA TIBA monyet ini merasa menjadi sosok yang PEDULI…?
Aahh,…jangan-jangan si MONYET memang ingin jadi CALEG …
Bagaimana…?
Anda setujuu………?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar