FOTO-FOTO SUKARNO BERSAMA PEMIMPIN DUNIA
Ir. Sukarno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan wafat 21 Juni 1970 (usia 69 tahun) di Jakarta. Dimakamkan di kota Blitar. Ir. Sukarno yang dipanggil dengan nama akrab “Bung Karno” adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode tahun 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Presiden Sukarno sedang bersalaman dengan Sekjen PBB, Dag Hammarskjold (Foto : 24 Mei 1956).
Dag Hammarskjold, diplomat Swedia, menjabat sebagai SekJen PBB yang kedua. Ia menjabat dari April 1953 sampai kematiannya akibat kecelakaan pesawat pada September 1961.
Presiden Sukarno sedang berbicara dengan Mao Tse Tung (Mao Zedong) (Foto: 24 Nopember 1956).
Mao Zedong (26 Desember 1893 – 9 September 1976) adalah pendiri negara Republik Rakyat Cina pada tahun 1949 dan memimpin negara itu sejak tahun 1949 sampai kematiannya pada tahun 1976. Mao juga sebagai pemimpin Partai Komunis Cina yang memenangkan perang saudara pada tahun 1949 melawan kaum nasionalis Cina, Kuomintang, yang dipimpin oleh Chiang Kai Shek. Kaum nasionalis akhirnya melarikan diri ke Taiwán dan mendirikan negara sendiri.
Presiden Sukarno baru tiba di bandara Washington DC, AS, pada siang hari. Didampingi oleh wakil presiden AS, Richard Nixon, Bung Karno disambut penuh oleh pasukan AS dengan 21 kali tembakan kehormatan. Bung Karno tiba di Washington dalam rangka kunjungan selama 18 hari di AS atas undangan Presiden AS, David Dwight Eisenhower (Foto: 16 Mei 1956).
Richard Milhous Nixon (9 Januari 1913 – 22 April 1994) adalah Wakil Presiden Amerika Serikat ke 36 (1953 – 1961) dan Presiden Amerika Serikat ke 37 (1969 -1974). Ia merupakan presiden Amerika Serikat pertama yang mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran datang sebagai tanggapan atas ruwetnya skandal yang disebut “Skandal Watergate”. Ia mengumumkan berakhirnya Perang Vietnam yang telah menelan korban ribuan tentara AS (tewas 58.209, terluka 153.303) dan ratusan ribu korban tentara Vietnam Utara (tewas 230.000, terluka 300.000). Pengumuman itu secara tak langsung menjadi pengakuan Amerika bahwa mereka kalah perang di kancah Asia Tenggara.
Presiden Sukarno bersama presiden AS, David Dwight Eisenhower, di Washington DC. (Foto: 16 Mei 1956).
Eisenhower (14 Oktober 1890 – 28 Maret 1969) atau dikenal dengan nama panggilan “Ike” berasal dari tentara dan politikus Amerika. Ia menjabat Presiden Amerika Serikat ke 34 (1953 – 1961). Pada Perang Dunia II, ia adalah Panglima Tertinggi di Eropa dengan pangkat Jenderal Angkatan Darat.
Presiden Sukarno sedang berunding dengan Presiden AS, Eisenhower, pada tahun 1960 di Washington DC. (Foto: 6 Oktober 1960).
Bung Karno saat itu adalah salah satu dari 5 pemimpin negara netral (non blok) yang mensponsori resolusi PBB agar diadakan pertemuan antara Presiden Eisenhower (Presiden AS) dan Nikita Khruschev (Perdana Menteri “Uni Soviet” / Rusia) yang sedang mengalami ketegangan.
Presiden Sukarno tiba di bandara Karachi, Pakistan. Didampingi oleh Presiden Pakistan, Iskander Ali Mirza, Bung Karno tampak sedang memberi hormat, diapit oleh bendera Indonesia dan bendera Pakistan (Foto: 25 Januari 1958).
Iskander Ali Mirza (1899 – 1969), berpangkat Mayor Jenderal, adalah Presiden pertama negara Republik Islam Pakistan (23 Maret 1956 – 27 Oktober 1958).
Presiden Sukarno sedang disambut oleh Perdana Menteri Jepang, Kishi Nobusuke, di Tokyo, Jepang (Foto: 1958).
Kishi Nobusuke (1896 – 1987) adalah politisi Jepang yang menjadi Perdana Menteri Jepang ke 56 dan ke 57 (25 Pebruari 1957 – 12 Juni 1958, dipilih lagi sampai 19 Juli 1960).
Presiden Sukarno menjadi tamu kehormatan Kaisar Jepang, Hirohito, dan pangeran Akihito. Bung Karno dijamu makan siang di istana kekaisaran Jepang di Tokyo (Foto: 3 Pebruari 1958).
Hirohito (29 April 1901 – 7 Januari 1989) adalah kaisar Jepang yang ke 124. Dalam sejarah Jepang dia adalah Kaisar terlama yang memerintah (1926 – 1989) dan merupakan salah satu tokoh penting pada masa Perang Dunia II serta membangun Jepang kembali dari kehancuran akibat perang.
Akihito (lahir 23 Desember 1933) adalah kaisar Jepang yang ke 125 yang memerintah sejak tahun 1989, menggantikan ayahnya, kaisar Hirohito, yang meninggal dunia. Akihito adalah anak kelima dan putera pertama (7 bersaudara) dari Kaisar Hirohito.
Presiden Sukarno sedang bercakap-cakap dengan Presiden Kuba, Osvaldo Dorticos Torrado (kiri), dan Perdana Menteri Kuba, Fidel Castro (kanan) di Havana, Kuba (Foto: 9 Mei 1960).
Osvaldo Dorticos (17 April 1919 – 23 Juni 1983) adalah politikus Kuba yang menjadi presiden pada periode 17 Juli 1959 – 2 Desember 1976. Sesudah itu, Fidel Castro menggantikannya sebagai presiden.
Fidel Castro (Fidel Alejandro Castro Ruz), lahir 13 Agustus 1926, adalah Presiden Kuba sejak 1976 hingga 2008. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri atas penunjukkan pada Pebruari 1959. Karena mengalami sakit parah pada ususnya, maka pada tanggal 31 Juli 2006 ia menyerahkan tampuk pemerintahannya untuk sementara kepada Wakil Presiden pertama, Raul Castro, adik kandungnya. Lima hari sebelum mandatnya berakhir, tanggal 19 Pebruari 2008, Castro menyatakan tidak akan mencalonkan diri maupun menerima lagi masa bakti baru sebagai presiden maupun sebagai komandan Angkatan Bersenjata Kuba. Tanggal 24 Pebruari 2008, Majelis Nasional Kuba mengangkat secara resmi Raul Castro sebagai Presiden Kuba.
Presiden Sukarno berdiri berdampingan dengan 4 pemimpin negara Non Blok setelah mereka selesai mengadakan pertemuan. Dari kiri kekanan : Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Bung Karno, dan Tito (Presiden Yugoslavia). Kelima pemimpin negara non blok ini mengadakan pertemuan yang menghasilkan seruan kepada Presiden AS, Eisenhower (Presiden AS) dan Perdana Menteri “Uni Soviet”/Rusia, Nikita Khruschev, agar mereka melakukan perundingan diplomasi kembali (Foto: 29 September 1960).
Jawaharlal Nehru (14 Nopember 1889 – 27 Mei 1964) yang juga dipanggil Pandit (Guru) Nehru, adalah pemimpin sayap sosialis Kongres Nasional India saat perjuangan kemerdekaan India dari Kerajaan Britania (Inggris) dan pada masa setelahnya. Dia menjadi Perdana Menteri India yang pertama saat kemerdekaan India pada tanggal 15 Agustus 1947, dan terus menjabat hingga kematiannya tahun 1964. Ia bekerja keras untuk memperbaiki India dan juga perdamaian dunia. Ia mendukung pembentukan PBB. Seorang sosialis yang keras. Nehru dianggap sebagai salah satu pemimpin dunia yang terkemuka.
Kwame Nkrumah (21 September 1909 – 27 April 1972) adalah seorang pejuang kemerdekaan, tokoh Pan-Africanist menjelang abad ke 20. Ia pendiri negara Ghaha dan menjadi presiden Republik Ghana yang pertama (1 Juli 1960 – 24 Pebruari 1966).
Gamal Abdul Nasser (15 Januari 1918 – 8 September 1970) adalah presiden kedua Mesir. Dia merupakan salah seorang negarawan Arab yang paling terkemuka dalam sejarah. Pada tahun 1952 Abdul Naser memimpin Angkatan Bersenjata Mesir dalam kudeta yang menggulingkan Raja Farouk I. Pada awal 1954, Nasser menangkap dan menahan presiden pertama Mesir, jenderal Muhammad Naguib, dan pada tanggal 25 Pebruari 1954 Nasser menjadi Presiden Mesir yang kedua. Pada masa pemerintahannya, Nasser membangkitkan Nasionalis Arab dan Pan Arabism, berhasil menasionalisasi terusan Suez yang ditentang oleh Perancis, Inggris dan Israel. Membangun bendungan Aswan dengan bantuan pemerintah Uni Soviet. Setelah kalah dalam Perang Enam Hari dengan Israel pada tahun 1967, Nasser ingin menarik diri dari dunia politik, namun rakyat Mesir menolaknya. Nasser sekali lagi memimpin Mesir dalam Peperangan 1969-1970 (War of Atrion). Nasser meninggal akibat penyakit jantung 2 minggu setelah peperangan usai pada 28 September 1970. Nasser digantikan oleh wakil presiden Anwar Sadat sebagai Presiden Mesir ke 3.
Josip Broz Tito (25 Mei 1892 – 4 Mei 1980) adalah pemimpin Yugoslavia hingga berakhirnya Perang Dunia II. Pada tanggal 14 Januari 1953 Tito dipilih oleh parlemen sebagai Presiden Yugoslavia dan menjabat sebagai presiden sampai tahun 1974 dan setelah itu ia diangkat menjadi Presiden Seumur Hidup hingga masa kematiannya pada tahun 1980. Tito menjadi salah satu penggerak negara-negara non Blok bersama Bung Karno dan presiden lainnya sebagai reaksi atas perang dingin antara blok Timur melawan blok Barat.
Presiden Sukarno dan Presiden Mesir Nasser mengangkat gelas dan menyentuhkan gelas ke gelas (toast) Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, tuan rumah pada resepsi yang diadakan di “India House”, New York. Gelas mereka berisi “fruit punch” (Foto: 29 September 1960).
Presiden Sukarno berdiri bersama Perdana Menteri Uni Soviet (Rusia), Nikita Khrushchev disampingnya. Bung Karno sedang memberi keterangan pers setelah selesai pertemuannya selama 40 menit dengan Khruschvev (Foto: 6 Oktober 1960)
Nikita Sergeyevich Khrushchev (17 April 1894 – 11 September 1971) adalah seorang politikus Uni Soviet yang menjadi sekjen Partai Komunis Uni Soviet 1953 – 1964 dan menjadi Perdana Menteri Uni Soviet 1958 – 1964. Pada tahun 1964 ia dilengserkan oleh Partai Komunis dan digantikan oleh Leonid Brezhnev. Kebijakan-kebijakannya yang penting: 1955 mendirikan Pakta Warsawa, sebagai tandingan NATO, 1956 militer Uni Soviet mengintervensi Hungaria, 1956 mendukung Mesir selama Krisis Terusan Suez, memulai program angkasa Soviet yang berhasil mengirim satelit Sputnik dan kosmonot Yuri Gagarin ke luar angkasa, 1961 menyetujui pembangunan Tembok Berlin, 1962 menempatkan rudal-rudal nuklir di Kuba, sehinga memicu Krisis Rudal Kuba yang mengakibatkan memuncaknya ketegangan dengan Amerika.
Presiden Sukarno dan Presiden AS, Kennedy, duduk bersama di dalam mobil terbuka, sedang melewati pasukan kehormatan di pangkalan Angkatan Udara AS, MD. Bung Karno datang ke AS dalam rangka pembicaraan masalah insiden Kuba (Foto: 24 April 1961).
John Fitzgerald Kennedy (29 Mei 1917 – 22 Nopember 1963), sering disebut John F. Kennedy, John Kennedy, Jack Kennedy, atau JFK adalah Presiden Amerika Serikat yang ke 35, menggantikan Presiden Dwight D. Eisenhower. Dilantik menjadi Presiden pada tanggal 20 Januari 1961 pada usia 44 tahun. Ia menjadi Presiden AS termuda kedua setelah presiden AS, Thodore Rooservelt. Jabatan kepresidenannya terhenti setelah terjadi pembunuhan terhadap dirinya pada tahun 1963. Ia tewas oleh terjangan peluru saat melakukan kunjungan ke Dallas, Texas, dengan mobil terbuka, pada tanggal 22 Nopember 1963 (usia 46). Jabatan presiden kemudian diigantikan oleh Wakil Presiden, Lyndon B. Johnson.
Presiden Sukarno bersama Presiden AS, John F. Kennedy, dan Wakil Presiden AS, Lyndon B. Johnson (Foto: 25 April 1961).
Lyndon B. Johnson (27 Agustus 1908 – 22 Januari 1973) yang dijuluki LBJ adalah Presiden Amerika Serikat yang ke 36 (1963 – 1969). Sebelumnya adalah Wakil Presiden yang mendampingi Presiden Kennedy. Pada tahun 1963 ia menggantikan Kennedy yang tewas terbunuh. Karena menggantikan Presiden Kennedy, pada masa jabatan pertama ia tidak didampingi wakil presiden. Lalu setelah terpilih sebagai presiden tahun 1964, dalam menjalankan masa jabatan kedua ini ia didampingi oleh Wakil Presiden Hubert H. Humphrey.
Presiden Sukarno bersama Perdana Menteri Republik Rakyat Cina, Chou En-Lai, berada duduk di kapal menyusuri Sungai Nil di Kairo. Chou En Lai sedang mengamati sesuatu dan Bung Karno mencek jam di arloji. Kedua pemimpin ini sedang berada di Mesir, menunggu pembukaan Konprensi Asia Afrika yang akan diadakan di Aljazair (Foto: 7 Mei 1965)
Chou En-Lai (Zhou Enlai) – (5 Maret 1898 – 8 Januari 1976), adalah seorang negarawan penting di Republik Rakyat Cina dan menjabat sebagai Perdana Menteri Cina dari sejak kemerdekaan itu tahun 1949 sampai dengan meninggalnya tahun 1976.
Presiden Sukarno bersama Perdana Menteri Perancis, Pompidou (Foto: 1965).
Georges Jean Raymond Pompidou (5 Juli 1911 – 2 April 1974) adalah Presiden Perancis dengan masa jabatan 1969 – 1974, menggantikan Presiden Perancis sebelumnya, Charles de Gaulle.
Orator Ulung
Presiden pertama RI itu pun dikenal sebagai orator yang ulung, yang dapat berpidato secara amat berapi-api tentang revolusi nasional, neokolonialis-me dan imperialisme. Ia juga amat percaya pada kekuatan massa, kekuatan rakyat.
“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat,” kata Bung Karno, dalam karyanya ‘Menggali Api Pancasila’. Suatu ungkapan yang cukup jujur dari seorang orator besar. Gejala berbahasa Bung Karno merupakan fenomena langka yang mengundang kagum banyak orang. Kemahirannya menggunakan bahasa dengan segala macam gayanya berhubungan dengan kepribadiannya. Hal ini tercermin dalam autobiografi, karangan-karangan dan buku-buku sejarah yang memuat sepak terjangnya.
Ia adalah seorang cen-dekiawan yang meninggal-kan ratusan karya tulis dan beberapa naskah dra-ma yang mungkin hanya pernah dipentaskan di Ende, Flores. Kumpulan tulisannya sudah diterbit-kan dengan judul “Diba-wah Bendera Revolusi”, dua jilid. Jilid pertama boleh dikatakan paling menarik dan paling penting karena mewakili diri Soekarno sebagai Soekarno.
Dari buku setebal kira-kira 630 halaman tersebut tulisan pertama yang bermula dari tahun 1926, dengan judul “Nasionalis-me, Islamisme, dan Marxisme” adalah paling menarik dan mungkin paling penting sebagai titik-tolak dalam upaya memahami Soekarno dalam gelora masa mudanya, seorang pemuda berumur 26 tahun.
Di tengah kebesarannya, sang orator ulung dan penulis piawai, ini selalu membutuhkan dukungan orang lain. Ia tak tahan kesepian dan tak suka tempat tertutup.
Di akhir masa kekuasaannya, ia sering merasa kesepian. Dalam autobio-grafinya yang disusun oleh Cindy Adams, Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat itu, bercerita. “Aku tak tidur selama enam tahun. Aku tak dapat tidur barang sekejap. Kadang-kadang, di larut malam, aku menelepon seseorang yang dekat denganku seperti misalnya Subandrio, Wakil Perdana Menteri Satu dan kataku, ‘Bandrio datanglah ke tempat saya, temani saya, ceritakan padaku sesuatu yang ganjil, ceritakanlah suatu lelucon, berceritalah tentang apa saja asal jangan mengenai politik. Dan kalau saya tertidur, maafkanlah…. Untuk pertama kali dalam hidupku aku mulai makan obat tidur. Aku lelah. Terlalu lelah.”
Dalam bagian lain disebutkan, “Ditinjau secara keseluruhan maka jabatan presiden tak ubahnya seperti suatu pengasingan yang terpencil… Seringkali pikiran oranglah yang berubah-ubah, bukan pikiranmu… Mereka turut menciptakan pulau kesepian ini di sekelilingmu.”
Bung Karno Putra Sang Fajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar